Jumat, 09 April 2010

Anak Main FarmVille di facebook, Orang Tua Kebobolan


Hutang bisa menjadi masalah besar bagi para petani di dunia nyata. Akan tetapi, para petani di dunia maya juga tidak berarti aman dari jeratan hutang.

Contohnya seperti yang terjadi pada seorang anak asal Inggris. Ibu dari anak yang tidak disebutkan namanya tersebut terkejut saat ia mengetahui bahwa ia mendadak memiliki hutang sebesar 900 poundsterling atau sekitar 12,5 juta rupiah.

Pada tagihan, disebutkan bahwa kartu kreditnya telah digunakan untuk membeli berbagai aksesoris di lahan peranian virtual terpopuler di Facebook, yakni di game FarmVille.

“Ketika saya tanyakan pada anak saya mengapa ia melakukan itu, ia mengatakan bahwa ia telah membeli barang-barang bagus yang ia inginkan,” kata sang ibu, seperti VIVAnews kutip dari AOLnews, 9 April 2010.

FarmVille, seperti sebagian besar game lainnya di Facebook merupakan game yang dapat dimainkan secara cuma-cuma. Tetapi, untuk mendapatkan uang, Zynga, sang produsen game akan mengenakan biaya pada pemain yang membeli produk-produk khusus yang ada di game tersebut, tentunya dengan uang sungguhan.

Anak asal Inggris tersebut tentu bukan satu-satunya pemain yang ingin membeli barang-barang virtual. Bisnis yang disebut ‘mikrotransaksi’oleh Facebook tersebut sangat menghasilkan dan perusahaan pembuat game pada situs jejaring sosial sangat meminati bisnis tersebut.

Sebagai contoh, Zynga, produsen game FarmVille dan beberapa game lainnya merupakan perusahaan pribadi, tak masuk bursa. Akan tetapi, dari perhitungan pengamat, Zynga kini telah menjadi perusahaan senilai 5 miliar dolar AS.

Untungnya, ibu dari anak berusia 12 tahun tersebut tidak menyalahkan perusahaan penerbit kartu kreditnya, Facebook, ataupun Zynga atas permasalahan ini. Akan tetapi, ia berharap akan ada pengamanan ekstra yang diterapkan untuk mencegah anak-anak melakukan hal-hal seperti ini di masa datang.

Belanja memang hal yang tidak bisa dipisahkan dari wanita. Saat berbelanja, waktu yang dihabiskan pun bisa berjam-jam. Menurut survey yang dilakukan O


Belanja memang hal yang tidak bisa dipisahkan dari wanita. Saat berbelanja, waktu yang dihabiskan pun bisa berjam-jam. Menurut survey yang dilakukan OnePoll, wanita rata-rata menghabiskan waktu tiga tahun untuk berbelanja sepanjang hidupnya.

Dari survey diketahui, wanita menghabiskan waktu yang sama saat berbelanja busana dan makanan. Lalu, selama satu tahun, wanita mengunjungi 84 kali toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, dan berbelanja selama 94 jam, 55 menit.

Dalam satu tahun, wanita menghabiskan waktu 100 jam 48 menit, untuk berbelanja di toko pakaian. Ketika berbelanja sepatu, aksesori dan kebutuhan fashion, tidak termasuk "window browsing", sebagian besar wanita menghabiskan waktu 25 jam 53 menit.

Jika dihitung secara total, wanita melakukan 90 kali perjalanan per tahun, untuk berbelanja kebutuhan penampilan. Rinciannya yaitu 30 kali untuk berbelanja pakaian, 15 kali untuk berbelanja sepatu, 18 kali untuk berbelanja aksesori dan 27 kali untuk keperluan kamar mandi.

Survei pada 2000 wanita, menunjukkan satu tahun rata-rata, mereka berbelanja sendiri sebanyak 301 kali. Dengan menghabiskan waktu selama 399 jam, 46 menit selama satu tahun.

"Banyak laki-laki berpikir wanita berbelanja hanya untuk dirinya sendiri. Padahal wanita lebih sering berbelanja untuk kebutuhan keluarganya dan merupakan pekerjaan yang tidak mudah," kata juru bicara OnePoll, seperti VIVAnews kutip dari Daily Mail.

Mogok kerja karena bir.....


Para pekerja pabrik bir terkemuka di Denmark, Carlsberg, telah melancarkan aksi mogok kerja selama dua hari. Mereka bukan mengeluhkan soal gaji, melainkan kesal karena manajemen membatasi mereka minum bir di tempat kerja.

Juru bicara Carlsberg, Jens Bekke, mengungkapkan bahwa pihak manajemen memutuskan tidak lagi menempatkan lemari pendingin berisi bir di sejumlah lokasi di dalam pabrik. Selain itu, pekerja hanya boleh menikmati minuman beralkohol itu selama jam makan siang. Itu pun hanya boleh dilakukan di kantin.

Keputusan baru itu membuat berang para pekerja Carlsberg di bagian gudang dan produksi. Biasanya, para pekerja bebas menenggak bir buatan perusahaan mereka sendiri selama jam kerja dari lemari pendingin di sejumlah lokasi.

Namun, manajemen mengubah paksa kebiasaan para pekerja untuk memastikan bahwa mereka bisa bekerja lebih produktif tanpa di bawah pengaruh alkohol. "Dulu, peraturan hanya menyebutkan bahwa mereka tidak boleh mabuk selama bekerja dan tanggung jawab itu diserahkan kepada pribadi masing-masing," kata Bekke.

Pengetatan peraturan yang mulai berlaku 1 April itu membuat kesal banyak pekerja. Maka, pada Rabu lalu 800 pekerja melancarkan aksi mogok. Sehari kemudian, aksi itu dilakukan 250 pekerja.

Mogok kerja mengakibatkan terganggunya distribusi bir di ibukota Denmark, Copenhagen, dan sekitarnya. Bekke mengungkapkan bahwa para supir truk turut bersimpati atas aksi mogok itu walau mereka tidak terkena peraturan baru.

Para supir masih diperbolehkan membawa tiga kaleng bir dari kantin karena mereka tidak selalu makan siang di sana. Namun, para supir dipastikan tidak bisa mencuri bir dari dalam kontainer, yang disegel secara khusus, untuk mencegah mereka mabuk selama perjalanan. (Associated Press)