London (ANTARA) - Radio kayu magno karya Singgih Susilo Kartono mendapat tempat dalam pameran promosi Indonesia yang bertajuk "Remarkable Indonesia" yang berlangsung selama sebulan di superstore elit di tengah kota London milik pengusaha Muhammad Al Fayet.
"Terus terang saya nggak tahu prosesnya bagaimana produk Magno bisa terpilih," kata Singgih Susilo Kartono kepada koresponden ANTARA London, Senin.
Menurut dia, tiba-tiba saja Pincky Soedarman dari Alun-Alun Indonesia menghubunginya dan meminta izin untuk menyertakan Magno dalam acara tersebut.
Singgih mengaku senang karena setahu dia Harrods merupakan supermarket kelas atas dan sangat terkenal di London.
Namun, menurut analisisnya kemungkinan panitia memutuskan Magno menjadi salah satu produk kreatif yang dipamerkan di Harrods karena Magno pernah mendapatkan "Design of the Year 2009" dari Design Museum London.
Dikatakannya, sampai sekarang Magno tersedia di Design Museum Shop. Bahkan, untuk mendapatkan Radio Magno di London lebih mudah daripada di Jakarta.
Ia berharap pameran promosi yang menelan biaya sebesar Rp5,5 miliar itu bisa dilakukan secara rutin. "Namun, produk yang dipilih harus benar-benar yang `remarkable`," demikian Singgih Susilo Kartono.
Penyelenggaraan Promosi "Remarkable Indonesia" yang berlangsung selama bulan April ini secara resmi dibuka oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Inggris, Yuri Octavian Thamrin, serta Direktur Jenderal Pemasaran Kembudpar, Dr. Sapta Nirwandar.
Dalam acara jamuan santap siang di Harrods, Mohamed Al Fayed, berbagai pengusaha dan pemuka masyarakat Inggris yang memiliki perhatian besar terhadap Indonesia berkesempatan hadir dalam acara pembukaan tersebut.
Pada kesempatan itu, Dubes Yuri Thamrin mengatakan bahwa promosi ini merupakan kesempatan baik untuk memperkenalkan keragaman budaya, kecantikan alam, kelezatan makanan, dan keramahan masyarakat Indonesia kepada berbagai pengunjung mancanegara yang datang ke Harrods.
Ia berharap event ini akan dapat mendorong tidak saja peningkatan perdagangan, investasi, maupun peningkatan kunjungan turis ke Indonesia, namun juga untuk memperkuat jalinan persahabatan di antara rakyat kedua negara melalui upaya diplomasi ekonomi dan budaya (socio economic diplomacy).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar